Sabtu, 19 Mei 2012

MELEDAK

             Pagi hari ini tak seindah matahari yang cerah. Tak selembut sinarnya yang menyinari dunia sejak kemaren pagi. Tak kutemukan pelangi menyapa ku. Hanya air mata ini tak mampu lagi terbendung. Masih terasa sesak dadaku ini. Dan perasaan tertekan ini seolah - olah ingin meledak dan meluap. Aku tak tahu lagi Tuhan kemana harus kulangkahkan kaki ini. Saat tangan yang seharusnya menyentuhku dengan lembut malah hampir membunuhku. Dengan wajah kemarahannya membuatku ketakutan aku tak sanggup lagi membendungnya. Mungkin jika aku tak mampu menguasai diri ini aku bisa gila dan benar-benar gila.
             Cukup aku Ayah yang merasakannya jangan adik-adikku yang lain. Cukup aku yang menangis hari ini. Aku tak sanggup. Jika memang ini bisa menggantikan senyum mereka, biar aku yang pergi. Hidupku sudah terlanjur berantakan. Dan aku tak ingin apa-apa di dunia ini. Selain sebuah sedikit pengertian dan orang-orang yang mau  menerimaku apa adanya. Jika aku telah merasa lelah dengan semua ini.
            Hari ini aku sangat kecewa terhadapmu Ayah, aku rela meninggalkan dia. Dan berharap Ayah bisa melindungiku dan menjadi penopang di saat aku marah. Tapi apa yang terjadi sekarang, ayah tak bisa sedikitpun melindungiku. Kalau aku memang anak Ayah, mengapa Ayah tega memperlakukan aku seperti ini. 


Bila mentari tak lagi terlihat sinarnya
Maka aku akan pergi
Bila pelangi juga enggan menyapa
Maka aku akan berpaling
Palingkan wajah
Berharap dapat mencari mentari yang lain

Aku kecewa hari ini
Aku tak bisa menerima dan terus diam dalam kemarahan kalian
Aku pusing
Siksa saja aku, pukul saja aku
Atau bunuh saja aku.

Jika itu bisa membuatmu sadar 
Maka nyawaku tak lebih berharga dari kemarahanmu
Maafkan Aku karena ku sudah tak sanggup..............




Tidak ada komentar:

Posting Komentar