Sabtu, 20 April 2013

SEPEDA BUTUT SUAMIKU

      Kadang aku sering sekali bertengkar dengan suamiku, karena Sepeda Motor butut miliknya. Tahu kenapa kunamakan butut. Karena keluaran tahun yang sudah lama entah berapa aku tak pernah menanyakannya.  Ah entahlah aku mengeluh karena malu karena sepeda tuanya atau kasihan padanya karena masih memakai sepeda butut. Akhir-akhir ini aku sering adu argumentasi dengannya karena sepeda bututnya.

    Apalagi ketika dia bercerita ban sepedanya bocor di tengah jalan, kadang sudah ditambal masih saja bocor lagi. Tak jarang harus mengganti dengan ban baru. Hmmmm, pernah suatu hari kita berdua sedang pergi ke Surabaya. Waktu itu malam hari. Di tengah perjalanan (hampir sampai tujuan) tiba-tiba saja ketika lampu merah  ada orang yang mengatakan kepada kami. "Mas, olinya bocor. Waktu itu sudah malam tak ada bengkel buka, akhirnya kita berjalan dan sambil bertanya kesana kemari dimana ada bengkel buka dekat sini. 


    Akhirnya ada seseorang menunjukkan kepada kami bahwa ada. Sesampainya di tempat yang dimaksud ternyata sudah tutup. Namun kami bersyukur masih ada tukang bengkelnya di depan bengkel itu. Alhamdulillah, kami bertemu dengan orang baik masih ada alat-alat di depan bengkel. Kita hanya butuh oli baru untuk mengisinya karena oli telah tercecer di jalan. Dipinjamilah sepeda motor agar  suamiku bisa membeli oli baru, memang agak jauh tapi mau bagaimana lagi. Selesai sudah "penderitaan yang satu ini". 

   Pernah juga  pas kita berdua jalan tiba-tiba bannya bocor lagi. Padahal seingatku baru beberapa minggu dia menambal bannya. Dan itu membuat kita terlambat dalam suatu acara, apalagi telah ditunggu oleh temannya. Alhamdulillah tukang tambal ban deket, sampailah kita di tempat tujuan. Kira-kira 1 jam kita dalam sebuah acara ketika menjelang pulang betapa terkejutnya kita karena bannya bocor lagi. Waktu itu sudah malam sekali, entahlah apa masih ada tukang tambal ban. Alhamdulillah masih ada, meskipun tempatnya agak jauh juga.

 

    Kami menunggu kembali aku menangis bukan karena capek atau kesal dengannya. Andai saja aku bisa menggantikan motor bututnya itu. Dan ketika dia melihatku menangis dia hanya berkata. Tenanglah aku tidak apa-apa semuanya akan baik-baik saja.

      Pada saat perjalanan membeli kulkas baru di daerah Gedangan kita distop oleh pak Polisi karena lampu sepeda motor suamiku tak menyala meskipun di siang bolong. Suamiku tetap ngotot bahwa lampunya menyala hanya saja memang kadang nyala kadang mati. Aku bergumam lagi, "memangnya tempo hari tidak jadi diganti?" tanyaku kepadanya. Dia bilang tidak, karena tidak sempat. Hhmmmm ini membuat tensiku agak naik. 


      Aku tak tahu kejadian apa lagi yang akan dibuat oleh sepeda butut nya. Tapi aku berharap semua baik-baik saja. Dan saya rasa dia takkan pernah menjual sepeda bututnya pada siapapun. Kecuali ada yang mungkin menawarnya dengan harga tinggi sebagai barang koleksi kuno.



Ingin tahu sepedanya seperti apa ini dia





Tidak ada komentar:

Posting Komentar