Insya Allah kalau tidak ada halangan aku akan menikah, memang sih pernikahan kita masih 1 bulan lagi. Normalnya pasangan pengantin pas waktu seperti ini adalah sudah siap. Artinya sudah ada undangan, sudah pesan baju pengantin atau minimal sudah ada pertemuan antara kedua belah pihak. Maklumlah kekasihku ini awalnya tidak disukai Ayah. Dan Alhamdulillah akhirnya boleh, meskipun sedikit mengancam ke Ayah he..he..., kalau gak gitu aku bisa gak nikah. Loh kok gitu?? ceritanya panjang... Kalau disuruh nulis ceritanya bisa keriting nih tanganku.
Meski dengan perjuangan yang panjang (gak panjang-panjang amat sih sebenarnya, cuma 1,5 tahun). Jatuh bangun sudah dilalui. Setelah menikah nanti rencananya aku tidak akan tinggal di rumah. Maksimal 1 minggu di rumah. Setelah itu aku dan calon suamiku cari kontrakan, ya daripada nanti ndadak..ndadak. Akhirnya kita cari sekarang. Aq punya temen yang kebetulan deket kantor, pertimbangannya adalah kontrak untuk 1 tahun terus yang deket dengan kantorku. Biar kalau seandainya aq gak diantar bisa berangkat sendiri karena deket. Pokoknya enak di aku deh.....
Akhirnya setelah temenku ngabarin kalau ada kontrakan yang lumayan luas ada 2 kamar, kamar mandi dalam, dapur serta tempat kecil untuk sholat. Harganya cuma 2,5 per tahun. Awalnya 3 jeti terus ditawar sama temenku, padahal aku gak nyuruh dia nawar mungkin kebiasaan dia buat nawar-nawar. Besoknya aku dan dia lihat tempat kontrakannya sama temenku.
Setelah kita lihat, ternyata ya memang benar lumayan besar. yang punya kontrakan tinggal di depannya, yang dikontrakan di belakangnya. Katanya daripada tidak manfaat karena semua anaknya mondok ke pesantren. Aku sih seneng-seneng aja, cuman si dia yang agak banyak pertimbangan. Sambil pulang dan mengendarai sepeda, dia bilang. Dinda siap seandainya orangnya agak bawel. Terus yang inilah yang itulah.... Aku diam saja tidak menjawab sudah dongkol pula hatiku ini.
Sampai di kantorku, aku menangis. entah kenapa..... rasanya ucapannya ada menyakiti. kenapa sih dia memvonis orang secepat itu... kesel pokoknya hati ini. Dengan sabarnya dia bilang, "ada apa sih sayang, loh aku tidak menjustice orang seperti itu. Itu kan seandainya, ayolah sayang, lihat aku. Masak sih aku memvonis orang seperti itu. kalau Dinda suka, kalau Dinda kuat ya gak apa2. Aku kan hanya memberi pertimbangan seandainya. Jangan nangis dong sayang". Masih rasanya gimana gitu hati ini. Dia cuma tertawa hih.... nih orang gak tahu apa lagi gak enak ati ini.
Gak tahan juga dia rupanya, ikutan marah sambil berlalu menuju sepedanya. Ya udah aq balik, entah kenapa aku takut sekali setiap kali dia benar2 marah kepadaku. Akhirnya aku bilang ya udah. Dia cuma bilang, sekarang kita mesti berpikir bukan untuk aku atau kau tapi Kita. Aku juga gak mau nanti disalahkan karena salah mengambil keputusan. Atau salah satu dari kita menyalahkan atas sebuah keputusan. Maka keputusan itu yang ambil kita berdua. Bukan Aku atau Kau. Jelas sekali.... Makasih sayang maaf ya... aq sendiri gak tahu kenapa jadi marah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar