Bertatap aku pada sosok pria yang telah lama kukenal. Di wajahnya tersimpan harapan besar bisa memilikiku sebagai istrinya. Dan betapa bahagianya aku bila Tuhan mengijinkan ku bersanding bersamanya dunia dan akhirat. Terlalu indah untuk dibayangkan, saat halangan yang datang bukan dari kita berdua. Tapi dari orang tuaku yang tak begitu suka terhadapnya. Kurang beginilah kurang begitu, walau sejatinya bagiku dia sangat sempurna. Tapi apa boleh dikata, ikhlas adalah jalan satu-satunya. Sudah berbagai macam cara kulakukan, lelah mungkin iya, mungkin dia juga sudah bosan. Padahal kalau ia ingin bersegera menikah dia bisa memilih wanita manapun yang ia suka. Tak ada yang istimewa dengan diriku ini yang semakin menua. Ayah tak juga ingin melepaskan masa lajangku bersamanya. Sudah sebulan ini kita tidak pernah lagi berkomunikasi, baik lewat telepon, chating ataupun surat. Tapi aku masih berharap suatu hari nanti dia akan berhadapan lagi dengan Ayahku dan memintaku.
Aku tidak tahu apa aku harus sedih atau bahagia, kukirim surat pada kekasihku agar segera datang ke rumahku dan memintaku kembali pada Ayahku. Dengan perubahan yang dia bawa sekarang, ayahku menerimanya. Alhamdulillah betapa senangnya hatiku. Kekasih yang lama kuidam-idamkan ternyata berjodoh juga denganku. Aku percaya bahwa Jodoh tak akan lari kemana. Terima kasih Ya Robb aku sangat bahagia.
Dan kami berdua pun tak henti-hentinya memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT. Atas nikmat yang tiada tara ini. Namun kami pun sadar bahwa ini adalah ujian awal setelah menikah nanti pastilah akan ada banyak ujian yang masih harus kita lalui bersama-sama. La haula wala kuwwata illa billahil'aliyil 'adhiim.
Di ujung kesedihan ada bahagia yang sudah disiapkan
Di ujung keputusasaan ada jalan yang membentang
Di ujung penantian ada kesempatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar